Dalam literature ini,
saya uraikan sekilas lintas gambaran dunia pendidikan di Kabupaten saling
keruani dan sangi kerawati yang saya cintai ini, dengan harapan agar pemerhati
dan pelaku pendidikan dapat memberikan konstribusi dan solusi untuk mengatasi
problema yang terjadi di dunia pendidikan Kabupaten Empat Lawang saat ini,
Pelaku pendidikan, pengambil kebijakan diharapkan dapat merobah stigma dan
sudut pandang bagaimana supaya pendidikan di Empat Lawang menurut berkwalitas dan mampu bersaing atau
mengejar ketertinggalan dengan Kabupaten
lain, dengan visi misi Dinas Pendidikan /Pemerintah Daerah Kabupaten Empat
Lawang hususnya, baik itu akademik
maupaun di lihat dari etika, yang saat ini menurut pandangan saya masih jauh
dengan apa yang diharapkan . Ini, dapat dilihat dari beberapa hasil olympiade
sain SD,SMP & SMA di Tingkat 1, kwantitas yang diterima di Perguruan Tinggi
yang berkwalitas, dan sangat menyedihkan lagi masih banyak anak anak yang belum
siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, belum lancar membaca
apa lagi mipa, ditambah lagi dengan moral dan etika yang semakin merosot.
Hal ini disebabkan antara lain :
A.
Keluarga .
1.
Hilangnya budaya lama dalam pendidikan
1.1. Mitos/cerita
Diera sebelum zaman transisi (masa kini ), anak anak
sejak dini telah dibeikan pendidikan secara halus dalam keluarga tetutama
pendidiksn etika, dengan memberikan pantangan pantangan (tabu) dan cerita
cerita /kisah kisah.
Contoh
: -
Bila magrib harus dalam rumah, ada penyakit
-
Cerita para nabi
1.2. Permainan.
Tidak ada lagi permainan anak anak yang dapat
melatih pengkordinasian antara memori, visual , audio dan motorik
Contoh
: - Macam macam permainan kelereng(memori,visual,motorik),
-
Cup matung,petak umpat ( audio,memori
dan motorik )
2.
Faktor ekonomi
2.1. Sebagian masyarakat,ekonomi sudah lumayan:
-
Gaya hidup kemewah - mewahan ( Perhatian pada anak salah kiprah )
-
Pada anak anak sudah di suguhkan dengan barang barang elektronik ( HP ,PS
,Computer
calculator, TV dll.) “ Waktu belajar
tersita,pemalas, dan dipengaruhi hal hal negative dari
barang barang tersebut , memberi pengaruh negative pada anak ekonomi lemah “
- Uang
jajan berlebihan :” Kecanduan jajan, berpeluang digunakan pada hal hal negative
“
2.2. Sebagian
besar ekonomi lemah
- Jauh
dari orang tua “ tinggal bersama
kakek/nenek “
- Membantu orang tua mencari napkah “ ( tidak ada waktu belajar,sering meninggalkan
sekolah) “
- Anak
bebas kemana mana/tidak disiplin
- Ikut ikutan pada anak keluarga mampu “ Terpaksa mencari uang jajan “
- Memberhentikan anak dari sekolah karena dibawa
kekebun untuk membantu mencari
nafkah atau belum punya tempat tinggal di desa
3. SDM
Sebagian besar tingkat pendidikan dalam
keluarga sangat rendah
- Pemaksaan menyekolahkan anak di bawah usia
masuk sekolah” Usia 5 tahun sudah
masuk sekolah “
- Pemaksaan membelajarkan anak usia dini dengan
materi akademik “ pemupukan otak kiri,
menyepelekan peransangan pada otak kanan “
- Tidak
bisa membagi waktu anak
- Tidak
bisa membedakan tontonan pada acara TV
- Terpengaruh
arus globalisasi
B.
Sekolah ( SD )
1. Gedung,sarana prasarana,biaya :
- Tidak ada lagi gedung yang tigak layak
- Sarana
prasarana dan biaya oprasional cukup,
- Semua
anak sudah gratis
- Anak
tidak mampu, anak berprestasi dapat bantuan
2. Manajement
- Jumlah guru tidak sesuai dengan Rombel “ Rata kebanyakan guru, Rombel hanya 6
rombel,
guru paling sedikit 13 orang , ini terjadi adanya pemaksaan dari pihak penguasa
“
- Teori
guru kelas, pada perakteknya bidang study
3. Kurikulum
- Kurikulum
terlalu padat
- Pengembangan kurikulum belum mengacuh pada kebutuhan daerah, karakteris
anak, dan
syarat
pengembangan lainnya. ( copy faste )
- Belum
memenuhi kebutuhan semua anak/keberagaman anak.
4. Proses
Pembelajaran
- RPP dengan pelaksanaan tidak sinkron
- Guru aktiv, anak pasif,” belum mengembangkan
nalar anak, pembelajaran belum begitu
bermakna
karena anak menyerap materi hanya melalui visual dan audio
- Belum menggunakan multi metode
- Kebanyakan tidak menggunakan media pembelajaran
- Bidang
study agama pada umumnya hanya memberikan pengajaran belum sepenuhnya
melaksanakan pendidikan
4. Pendidik (
Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru ) Pada umumnya
- 6 Kopetensi pengawas, 5 kopetensi Kepala
Sekolah, 4 Kopetensi guru belum terpenuhi
- Sudut pandang,pola pikir belum spenuhnya
sebagai seorang pendidik “ kayu bedi
tumbuh di
hutan,
mau mati pegi ( dapat atau tidak terserah) anakku bukan, yang penting habis
bulan
gajian”
- Tidak sesuai dengan kualifikasi
- Sebagian besar belum professional, walau sudah
dapat tunjngan profesi
- Mengajar
hanya sebatas menyelesaikan target kurikulum
- Masih
terjadi pendiskriminasian terhadap anak
- Tidak
berusaha untk berkembang, terutama mengikuti arus perkembangaqn tehnologie.
- Belum
melayani semua anak, masih banyak anak yang terdiskrimidasi.
- Beranggapan bahwa pangkat mentok di golongan IV/a.” guru profesional
tidak ada batas
untuk naik pangkat “
- Imej / sudut pandang mengenai Pendidikan
Inklusif hanya pendidikan bagi anak cacat
5. Pengambil Kebijakan / penguasa.
- Pengangkatan pengawas, kepala sekolah tidak
mengacu pada Permen Diknas.
- Penetuan prestasi/kelulusan pada anak
berdasarkan nilai, bukan proses atau
kopetensi,
- Penempatan guru tidak merata
- Pemaksaan penerimaan guru honor ( Honda ) pada
sekolah “ guru sudah cukup, yang
akhirnya menyembabkan satu sekolah
kebanyakan guru “
Ini sebagian fotret dunia pendidikan di kabupaten
yang saya cintai ini,sebagai bahan evaluasi dan semoga ada manfaatnya, dengan
harapan generasi penerus anak bangsa hususnya anak Empat Lawang berprestasi
tinggi, actual ,berkualitas dan agamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar